Namun para pengkritik menilai blokade ini sebagai hukuman kolektif terhadap lebih dari dua juta warga Palestina, yang selama hampir satu tahun terakhir menghadapi kehancuran, kelaparan, dan krisis kemanusiaan akibat serangan Israel yang menewaskan lebih dari 66.000 orang, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
Intersepsi ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan global atas perang Israel-Hamas yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang di Israel.
Sejak itu, situasi di Jalur Gaza memburuk drastis, dengan distribusi bantuan yang sangat terbatas, dan blokade Israel yang tetap diberlakukan secara ketat.
Protes meletus di berbagai kota besar dunia seperti Istanbul, Roma, Athena, dan Buenos Aires sebagai respons atas penahanan aktivis.
Bahkan, serikat pekerja terbesar di Italia menyerukan pemogokan umum sebagai bentuk solidaritas terhadap armada tersebut, yang ditanggapi negatif oleh Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.
Penyelenggara Armada Global Sumud menyatakan bahwa penyaluran bantuan kemanusiaan ke wilayah konflik dijamin oleh hukum internasional, dan menyebut tindakan Israel sebagai bagian dari “agresi sistematis” terhadap rakyat Palestina.
Dengan meningkatnya kecaman terhadap Israel, dunia kini menyoroti kembali legalitas dan dampak blokade Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari 15 tahun.
(apnews)