Kepala ANRI, Mego Pinandito, menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil kolaborasi antara ANRI, Arsip Nasional Belanda, dan Perpustakaan Universitas Leiden.
Penetapan ini menegaskan pentingnya pelestarian arsip tokoh perempuan Indonesia, termasuk Dewi Sartika, Christina Martha Tiahahu, Cut Nyak Dien, dan Cut Mutia.
“Ini pencapaian luar biasa. Tahun ini, lima usulan nominasi dari Indonesia disetujui UNESCO sebagai Memory of the World. Penetapan arsip Kartini juga menjadi bukti kerjasama erat Indonesia–Belanda dalam pelacakan surat, catatan, dan arsip sejarah,” ungkap Mego.
Mego juga mengajak masyarakat, peneliti, komunitas perempuan, dan aktivis untuk mengunjungi Pameran Arsip Kartini yang diselenggarakan di Gedung C Lantai 1 ANRI.
“Pameran ini memperlihatkan bagaimana tulisan tangan Kartini mampu menginspirasi dunia dan menunjukkan kekuatan warisan intelektual perempuan Indonesia,” jelasnya.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, turut memberikan pandangannya terkait penetapan ini sebagai momen bersejarah yang menunjukkan pengakuan dunia atas kontribusi perempuan Indonesia.
“R.A Kartini menulis 179 surat dalam usia yang masih sangat muda. Surat-surat tersebut menjadi cikal bakal gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Kini, dengan masuknya ke dalam daftar Memory of the World, dunia mengakui nilai dan pengaruh surat Kartini terhadap peradaban global,” ujarnya.
(Kemenpppa/infopublik)
