Scroll untuk baca Berita
Call Us banner 325x300
PeristiwaViral

Sejarah Perahu Pinisi Yang Muncul di Google Doodle, Raih Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

279
×

Sejarah Perahu Pinisi Yang Muncul di Google Doodle, Raih Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Share this article

“Berbeda dengan teknik yang berada di Barat, untuk membuat kapal orang pakai komputer, pakai hitung-hitungan, harus sekolah tinggi dulu, itu pun kerangkanya dulu baru badannya. Kalau di sini orang turun temurun membuat perahu mulai dari bungkusnya dan baru kemudian kerangkanya tanpa menggunakan komputer,”

Seketika.com, Bulukumba –Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menyerahkan Sertifikat Pinisi sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Bulukumba.

Dilansir infopublik.id, Sertifikat diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, kepada Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, A. Musyaffar Syah dan Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto, di Pelabuhan Bira, Bulukumbu, pada 27/03/2018.

Seni pembuatan Perahu Pinisi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda milik Indonesia pada Sidang ke-12 Komite WBTB oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) PBB pada tanggal 7 Desember 2017, di Jeju Island, Korea Selatan.

Dalam sambutannya, Hilmar Farid, menjelaskan arti penting Pinisi merupakan teknik perkapalan tradisional yang dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia dan masih berkembang sampai saat ini serta menakjubkan bagi dunia.

“Berbeda dengan teknik yang berada di Barat, untuk membuat kapal orang pakai komputer, pakai hitung-hitungan, harus sekolah tinggi dulu, itu pun kerangkanya dulu baru badannya. Kalau di sini orang turun temurun membuat perahu mulai dari bungkusnya dan baru kemudian kerangkanya tanpa menggunakan komputer,” ungkap Hilmar dalam sambutannya.

Dengan penetapan Pinisi ini, maka Indonesia telah memiliki delapan elemen budaya dalam daftar WBTB UNESCO. Tujuh elemen yang telah terdaftar sebelumnya adalah Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), Noken Papua (2012), Tiga Genre Tari Tradisional Bali (2015), serta satu program pendidikan dan pelatihan tentang batik di Museum Batik Pekalongan (2009).

Leave a Reply