Skema ini juga memungkinkan jemaah dari negara-negara Asia, termasuk Indonesia, untuk menunaikan ibadah melalui pelabuhan Jeddah dan tidak sepenuhnya bergantung pada jalur udara.
“Bukan hanya negara-negara kawasan yang dekat seperti Mesir, bahkan dari Indonesia dan Asia lainnya bisa mengakses,” jelas Nasaruddin.
Ia juga menyoroti keterbukaan Arab Saudi terhadap pendekatan bisnis dan investasi baru dalam pengelolaan ibadah haji dan umrah. Termasuk dalam perencanaan modernisasi fasilitas ibadah, seperti:
- Pembangunan Mina menjadi delapan lantai
- Penghapusan tenda konvensional
- Penambahan jalan layang
- Pelebaran area sekitar Ka’bah
“Saudi Arabia ini sekarang pendekatannya sangat bisnis, dengan konsultan dari Amerika. Ini betul-betul memanfaatkan potensi geografis Saudi Arabia,” tambah Nasaruddin.