Pada 2023–2024, Kenaikan cakupan IPV dosis kedua dari 63% menjadi 73%. Sedangkan Oktober 2025 mulai penggunaan vaksin heksavalen di DIY, NTB, Bali, dan enam provinsi di Tanah Papua.
19 November 2025 WHO menyatakan KLB polio di Indonesia resmi berakhir.
KLB terjadi akibat rendahnya cakupan imunisasi polio dalam beberapa tahun terakhir sehingga memungkinkan virus bermutasi dan menimbulkan kasus cVDPV2.
KLB ditutup karena tidak ada kasus baru setelah Juni 2024, Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) membaik, penilaian Outbreak Response Assessment (OBRA) (2023–2025) menyatakan respons Indonesia memenuhi standar global dan cakupan imunisasi meningkat signifikan
Upaya penanganan KLB melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan RI, Tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, WHO, UNICEF, UNDP, CHAI, Rotary International dan pemerintah daerah dan masyarakat.
Indonesia melaksanakan strategi komprehensif, antara lain Imunisasi tambahan polio menggunakan nOPV2, peningkatan cakupan imunisasi rutin (IPV), penguatan surveilans AFP, penggunaan vaksin heksavalen untuk meningkatkan cakupan dan efisiensi imunisasi, penilaian OBRA berkala oleh tim independen global serta Kolaborasi lintas sektor dan mitra internasional
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa keberhasilan menghentikan penyebaran polio merupakan hasil kerja bersama.












