Hubungan dagang antara AS dan Tiongkok sedang berada di titik kritis akibat penerapan tarif agresif oleh AS sejak Trump kembali ke Gedung Putih dan pembatasan ekspor unsur tanah jarang (rare earth elements) oleh Tiongkok.
Kedua negara menyadari bahwa eskalasi lebih lanjut bisa membahayakan ekonomi global dan nasib negara mereka sendiri, sehingga momentum ini dianggap penting untuk menahan konflik lebih lanjut.
Kehadiran kedua pemimpin di Busan memberikan sinyal kuat kepada pasar dan pelaku bisnis bahwa ketegangan dagang mungkin akan mereda, yang berpotensi menstabilkan pasar saham dan rantai pasok global.
Agenda utama mencakup diskusi terkait tarif impor AS terhadap barang-barang Tiongkok, pembatasan ekspor Tiongkok atas tanah jarang, serta pembelian produk pertanian AS oleh Tiongkok, termasuk kacang kedelai.
Menjelang pertemuan, AS memberi sinyal bahwa ancaman tarif tambahan hingga 100 % mungkin akan ditangguhkan dan Tiongkok menunjukkan kesiapan untuk melonggarkan kontrol ekspor tanah jarang serta melakukan pembelian kedelai dari AS.
Hasil awal mencatat bahwa kedua pihak telah menyepakati kerangka kerja untuk kerjasama lebih lanjut Tiongkok menyebut telah tercapai “konsensus awal” dan AS menyebut kerangka kerja tersebut “sangat berhasil”.
(apnews)












