InspirasiKampusPeristiwa

Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai

17
×

Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai

Share this article
Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai , foto:(seketika)
Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai 6
Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai 5
Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai 4
Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai 3
Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai 2
Dosen Universitas Negeri Malang Melakukan Pengabdian Green Fortification di Tegalsari dan Upaya Memulihkan Ekosistem Sungai

Seketika.com, Malang – Desa Tegalsari, di wilayah pesisir selatan Malang, telah mengalami transformasi signifikan melalui program Green Fortification dan Coastal Green Harmony Project. Program ini merupakan usaha kolaboratif antara Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang dan Komunitas Tegalsari Maritim (KTM) yang bertujuan memulihkan ekosistem sungai dan meningkatkan kapasitas sosial warga dalam menghadapi perubahan iklim dan ancaman bencana.

Green Fortification fokus pada penanaman vegetasi seperti mangrove, jambu air, dan aren untuk mencegah erosi dan longsor.

Selain itu, program ini menggabungkan teknologi, seperti sensor untuk pemantauan kelembaban tanah dan curah hujan secara real-time.

Data ini membantu komunitas mengelola sumber daya alam dan mitigasi bencana dengan lebih efektif melalui dashboard digital.

Partisipasi aktif warga, terutama generasi muda dan perempuan, menjadi kunci keberhasilan program ini. Mereka tidak hanya menanam pohon, tapi juga mengelola ekowisata berbasis konservasi yang mulai berkembang dan mendapatkan pengakuan resmi.

Komunitas mendapat sertifikasi pemandu wisata dan legalitas formal, sehingga potensi ekonomi lokal mulai bangkit berkat keragaman hasil tanaman produktif serta daya tarik ekowisata alami.

Program ini memberikan dampak nyata berupa berkurangnya titik erosi, meningkatnya kesiapsiagaan terhadap bencana, serta tumbuhnya rasa tanggung jawab sosial dan lingkungan di kalangan komunitas.

Dalam tahap awal, penanaman dilakukan di titik-titik rawan di sekitar Sungai Bajulmati yang merupakan pembatas alami kawasan Tegalsari dengan pesisir.

Walaupun sudah memperoleh kemajuan, program ini masih menghadapi tantangan, terutama dalam membangun pemahaman warga yang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya pemulihan ekosistem dan mitigasi bencana.

Kendala cuaca ekstrem juga sempat mempengaruhi kegiatan lapangan. Untuk itu, rencana ke depan mencakup pelatihan berkelanjutan dan perluasan area konservasi agar lebih banyak masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

Secara keseluruhan, upaya di Tegalsari menjadi contoh penting dalam memperlihatkan bagaimana sinergi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan partisipasi komunitas dapat mewujudkan pelestarian lingkungan berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat lokal.

Desa Tegalsari kini tidak hanya menjadi daerah yang lestari secara ekologis, melainkan juga tumbuh sebagai lumbung ekowisata yang eksis sebagai benteng hijau di tengah berbagai tantangan iklim dan sosial. (rls)