Ia mengaku sempat penasaran dengan sosok menteri yang disebut-sebut berasal dari Jakarta. “Saya tanya ke rombongan, mana ibu dari Jakarta tadi,” tuturnya.
Tak lama kemudian, Meutya Hafid menghampirinya. “Terus Ibu Menteri bilang, ‘Inilah Bu,’” lanjut Nenek Siti, menirukan percakapan singkat tersebut.
Momen haru pun terjadi. Di tengah padatnya agenda kunjungan, sang Menteri memeluknya erat.
“Langsung saya dipeluk sama Bu Menteri, peluk-peluk, cium pipi,” kata Nenek Siti lirih, matanya berbinar.
Pelukan itu terasa seperti penguat. Sebuah sentuhan kemanusiaan yang memberi pesan sederhana: ia tidak sendiri menghadapi masa sulit akibat banjir.
Di usia 80 tahun, Nenek Siti masih terlihat sehat dan energik. Tutur katanya jelas, tubuhnya tegap, dan semangat hidupnya terpancar dalam setiap cerita. Ia bersyukur masih diberi kesehatan di tengah situasi darurat.
Soal bantuan pemerintah, jawabannya lugas. “Pemerintah baik. Saya sudah banyak dapat,” ujarnya mantap.
Ia menyebut telah menerima berbagai bantuan kebutuhan dasar. “Beras, telur, mi instan. Makanan cukup,” katanya. Perhatian juga diberikan pada aspek kesehatan. “Obat juga dapat,” tambahnya.












