“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Menag mengajak umat Islam untuk menjadikan Muharam 1447 H sebagai momentum hijrah dalam arti luas bukan hanya berpindah waktu, tapi juga berpindah kualitas hidup.
“Mari kita bertanya pada diri sendiri, sudah sejauh mana kita berhijrah? Apakah Islam sudah hadir dalam tindakan nyata kita dalam kejujuran, kasih sayang, dan kontribusi sosial?” ujarnya.
Ia menekankan bahwa Tahun Baru Islam bukanlah perayaan yang hingar-bingar, melainkan momen penuh makna, diisi dengan zikir, doa, dan refleksi mendalam. Di sanalah, menurutnya, terletak kekuatan spiritual umat.
Menag juga menyoroti kekayaan tradisi perayaan Tahun Baru Islam di Indonesia, seperti Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Jawa, dan doa bersama di kampung-kampung.