Seketika.com, Malang – Desa Tugurejo di Kabupaten Blitar menjadi sorotan dalam inovasi pengelolaan lingkungan setelah sukses melaksanakan model kolaborasi multistakeholder dan zonasi hutan berbasis partisipasi masyarakat pada akhir Juni 2025. Dalam program yang berlangsung lima hari dan melibatkan tim Universitas Negeri Malang, warga desa, kelompok nelayan serta petani, tokoh adat, dan pemerintah desa ini, tercipta sinergi lintas sektor yang berfokus membangun tata kelola sumber daya pesisir yang lebih adil, inklusif, dan berdaya saing tinggi.
Rangkaian kegiatan diisi Focus Group Discussion, survei lapangan, dan pemetaan sosial untuk menggali dinamika kehidupan masyarakat pesisir.
Semangat gotong royong dan kolaborasi tampak dalam upaya modernisasi alat tangkap ikan, pengelolaan hasil pertanian tebu, hingga adaptasi terhadap keterbatasan infrastruktur pendidikan dan pariwisata desa seperti di Pantai Gurah.
Kepala Desa Supangat bersama para aktor kunci di antaranya Pak Hardi (koordinator nelayan) dan Mbah Mijan (tokoh adat) mendorong pelestarian tradisi Petik Laut sebagai pilar spiritual dan solidaritas sosial yang memperkuat daya tahan masyarakat menghadapi perubahan iklim maupun tantangan ekonomi.
Kegiatan ini juga memetakan berbagai hambatan besar, mulai dari penurunan hasil tangkapan ikan, konflik pengelolaan pohon konservasi, hingga ketimpangan akses pendidikan.
Namun, perubahan nyata muncul lewat pemanfaatan teknologi (WhatsApp group nelayan untuk pemasaran), sistem bagi hasil tangkap yang adil, serta strategi kontrak penjualan tebu yang menopang kestabilan ekonomi warga.
Warga didorong aktif dalam pemetaan aktor dan relasi kuasa (power-interest grid) sehingga tercipta model tata kelola baru yang adil dan kolaboratif.
Hasil akhirnya, kolaborasi Tugurejo menghasilkan rancangan konservasi berbasis partisipasi masyarakat melindungi lingkungan sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi dan budaya lokal.
Prinsip keterbukaan, gotong royong, dan inovasi menegaskan bahwa model kampung ini bisa direplikasi di desa pesisir lain sebagai solusi menghadapi krisis ekologi nasional.
Dengan dukungan kabupaten dan hasil riset yang berkelanjutan, optimisme perubahan semakin tumbuh di Tugurejo.
Kini, desa ini tak sekadar dikenal dengan tradisi dan hasil bumi, tapi menjadi teladan nasional kolaborasi komunitas lokal menjaga bumi untuk generasi mendatang.(rls)















