Wakil Ketua I Baznas Lumajang, Moh. Khoyum, menambahkan bahwa infak kecil namun rutin dari pelaku UMKM seperti penjual ketan justru memiliki dampak besar dalam mendukung berbagai program sosial.
“Infak kecil yang dilakukan dengan ikhlas dan berulang kali justru menjadi energi besar. Dari sinilah kami bisa membantu keluarga miskin, anak yatim, dan warga lanjut usia yang membutuhkan,” jelasnya.
Hal ini menunjukkan bahwa UMKM bukan hanya penggerak ekonomi, tetapi juga pilar penting dalam pemberdayaan zakat dan infak untuk kesejahteraan sosial.
Menurut data dari Baznas RI, potensi zakat nasional diperkirakan mencapai ratusan triliun rupiah setiap tahun. Namun, baru sebagian kecil yang tergali secara maksimal.
Jika semangat berbagi seperti yang ditunjukkan oleh penjual ketan ini ditiru oleh jutaan masyarakat Indonesia, dampaknya akan sangat signifikan dalam menurunkan angka kemiskinan dan memperkecil kesenjangan sosial.
Kisah sederhana dari gerobak ketan di Lumajang ini menjadi bukti bahwa pembangunan daerah tidak harus selalu bergantung pada APBD.