Melalui partisipasi masyarakat dalam bentuk infak harian yang dilakukan dengan ikhlas, kas sosial daerah bisa menjadi lebih kuat dan mandiri.
“Fenomena ini bisa menjadi energi moral untuk menggerakkan gerakan sosial berbasis desa. Bayangkan jika setiap pedagang, petani, nelayan, hingga pegawai menyisihkan sebagian penghasilannya secara rutin,” tambah Bupati Indah.
Kisah nyata ini menjadi pengingat bahwa setiap kontribusi, sekecil apa pun, sangat berarti jika dilakukan secara konsisten dan tulus.
Semangat infak dari seorang penjual ketan Lumajang bukan hanya menjadi teladan lokal, tetapi juga bisa menjadi inspirasi nasional dalam memperkuat kemandirian sosial dan ekonomi masyarakat melalui zakat dan infak yang dikelola secara profesional oleh Baznas.
(mc.lumajang/infopublik)