BudayaPeristiwa

Tradisi adalah akar, Kirangan Tumben: Ribuan Warga Berebut Gunungan di Desa Tukum, Lumajang

79
×

Tradisi adalah akar, Kirangan Tumben: Ribuan Warga Berebut Gunungan di Desa Tukum, Lumajang

Share this article
Tradisi adalah akar, Kirangan Tumben Ribuan Warga Berebut Gunungan di Desa Tukum, Lumajang, foto:(mc.lumajang)

“Kirangan Tumben bukan sekadar jalan sehat. Ini adalah napak tilas budaya. Jalan sehat untuk raga, gunungan untuk jiwa, dan pawai seni untuk identitas,” ujar Susanto, Kepala Desa Tukum.

Salah satu daya tarik utama Kirab Gunungan Tukum Biyen adalah penampilan warga dalam busana tradisional Jawa.

Para lelaki mengenakan ikat kepala dan baju lurik, perempuan tampil anggun dengan kebaya klasik, sementara anak-anak menggunakan selendang jarik.

Suasana Desa Tukum seolah kembali ke masa 159 tahun silam menghidupkan kembali akar tradisi yang nyaris terlupakan.

Acara semakin meriah dengan kehadiran tiga kesenian Reog Lumajang, yaitu Sardulo Budoyo dari Dusun Pandansari, Singo Budoyo dari Dusun Tukum Kidul dan Condro Kirono dari Perumahan Tukum Indah.

Para penari Reog menampilkan atraksi megah dengan topeng Singa Barong, menghadirkan perpaduan antara kekuatan fisik dan pesan spiritual.

Setiap gunungan yang dibawa warga memiliki filosofi mendalam:

  • Pandansari: Gunungan padi emas, simbol ketahanan pangan
  • Pandanwangi: Aroma hasil bumi, lambang kebaikan dan kesuburan
  • Krajan: Kerapian tata hasil bumi, tanda persatuan desa
  • Tukum Kidul: Ragam hasil bumi, mencerminkan harmoni dalam keberagaman
  • Munder: Gunungan tinggi menjulang, simbol cita-cita dan akar budaya
  • Kirangan Tumben, Laboratorium Budaya dan Edukasi Generasi Muda